Sebelum lulus di ujian SM-3T ini, saya sudah lulus di Bank BRI dengan Gaji 4,5 juta untuk posisi AO, dengan sistem kerja satu tahun masa kerjanya sama dengan Program SM-3T, tetapi itu saya tolak setelah mendengar adanya Program SM-3T dengan harapan saya bisa bertemu dengan saudara-saudara yang ada di pelosok negeri yang belum tersentuh oleh pemerintah baik dari segi kesejahteraan, kesehatan dan yang paling utama ialah pendidikan. Karena saya memiliki impian dan ingin sekali melihat langsung pendidikan yang ada di pelosok negeri terutama di daerah Timur Indonesia yang selama ini hanya saya lihat di film seperti, matahari di timur, Tanah Air Beta, dan Tanah Surga Katanya. Pendidikannya sangat memprihatinkan dan guru-guru tidak ada yang mau mengajar di daerah tersebut. Setelah mengikuti yang namanya tes verifikasi data ternyata saya lulus dan saya sangat besyukur, tetapi tidak hanya sampai di situ masih ada beberapa tes yang harus dilalui yaitu tes online dan tes kesehatan, puji Tuhan saya bisa melalui itu semua.
Keberangkatan yang ditunggu-tunggu tiba juga saatnya, hari Sabtu 30 Agustus 2014 kami rombongan SM-3T Universitas Riau, Berangkat dari Bandara Sultan Syariff Kasim Pekanbaru pada pukul 12.00 Wib, menuju Kabupaten Belu, Provinsi NTT, menggunakan pesawat terbang, perasaan dari kami semua bercampur aduk antara senang dan sedih, senang karena akan meginjakkan kaki di daerah orang lain, sedih karena harus meninggalkan semua keluarga, baik ayah, ibu dan adik-adik yang sangat menyanyangi kami semua. Pada pukul 21.00 Wita kami sampai di Bandara Eltari Penfui Kupang, dan kami langsung dijemput oleh orang yang telah diperintahkan oleh Pemda Belu dan mengantarkan kami langsung ke penginapan untuk beristirahat sementara sebelum melanjutkan perjalanan besoknya ke Atambua. Minggu tanggal 31 Agustus, kami berangkat dari Kupang menuju Kabupaten Belu dan perjalanan yang kami tempuh selama 8 jam. Di sepanjang perjalanan yang kami lewati terhampar begitu luas tanah yang tampak begitu gersang, dan di sepanjang perjalanan itu pula banyak sekali pegunungan yang hanya ditumbuhi sejenis tumbuhan saja yang hanya dapat tumbuh di daerah yang gersang seperti pinus, jambu mente dan pohon jati yang daunnya juga sudah pada berguguran. Daerah ini yaitu NTT khususnya daerah Belu adalah daerah yang terkenal dengan kegersangan tanahnya dan suhu yang panas, tetapi di balik kegersangan tanah itu tersimpan keindahan pemadangan yang sangat begitu indah, selain itu juga banyak sekali lahan persawahan yang sudah kering karena habis dipanen dan kini diganti menjadi tempat sapi, kuda, dan babi mencari makan, wah sungguh pemandangan yang begitu indah juga. Tidak terasa kami juga sampai di Kabupaten Belu, dan waktu telah menunjukkan pukul 20.00 Wita, rombongan SM-3T UNRI langsung menuju Hotel Nusantara 2, inilah yang menjadi tempat penginapan terakhir kami bersama-sama, sebelum kami ditugaskan di daerah kami masing-masing. Senin 1 September tepat pukul 7.00 Wita, bus Pemda Belu menjemput kami dari hotel menuju Kantor Bupati Belu tempat kami upacara. Setelah upacara ketegangan terjadi karena pembagian tugas akan dilaksanakan hari itu juga, dan kami ditempatkan menurut kecamatan yang membutuhkan Guru SM-3T, tetapi pembagian hari ini menurut saya kurang tepat dikarenakan banyak sekali kami yang ditempatkan di kota sehingga daerah sasaran yang sebenarnya 3T itu tidak terlihat disebagian tempat kami tugas. Pada tanggal 2 September saya disambut oleh anak didik dan guru-guru secara adat yaitu dengan Tarian Likuiray.
Tarian ini ditarikan untuk menyambut tamu-tamu besar yang dihormati, saya merasa terharu dan saya semakin bertambah semangat karena mereka sangat menghormati kami, terutama guru karena mereka merindukan pendidikan dan ada nyayian mereka yang membuat saya meneteskan air mata nyanyiannya seperti ini “ Selamat datang Bapak, Selamat datang Ibu, Selamat Datang kami Ucapkan 2x, Salam, Salam terimalah salam dari kami yang ingin cerdas bersama-sama 2x. Setelah penerimaan itu saya dihantarkan oleh salah seorang guru yang bernama Bapak Fester ke rumah salah satu warga tetapi hanya satu malam karena keesokan harinya, Bapak Fester menjemput saya dan dibawa ke rumahnya untuk tinggal di sana dan sekarang beliau menjadi bapak angkat saya. Keluarga yang kami temui di sini ternyata tidak seperti yang saya pikirkan. pemikiran saya, orang-orang di sini galak, seram, dan mistisnya banyak, ternyata itu semua tidak ada, yang ada ialah orang-orangnya ramah, baik, taat beribadah dan mudah bergaul.
Hari pertama saya masuk sekolah yaitu pada tanggal 3 September saya perkenalan sama guru-guru dan siswa, ini adalah saat yang saya tunggu dimana saya akan berinteraksi secara langsung dengan siswa-siswi di sini. Di sela-sela perkenalan saya mempersilahkan kepada murid tentang keluhan mereka baik itu dengan guru maupun dengan lingkungan dan ini di antara banyak penderitaan yang mereka alami terutama masalah pendidikan yang membuat mereka merasa tersiksa, karena di sini banyak sekali yang menjadi guru tetapi fungsinya tidak berjalan seperti guru, dan mutu pendidikan di Kecamatan Atambua Selatan ini termasuk ke dalam kategori darurat habis, dan hampir sama dengan cerita yang ada di Film Tanah Air Beta dan tempat saya mengabdi ini merupakan salah satu tempat syuting film tersebut, sungguh memprihatinkan dan membuat saya semakin tertantang untuk mendidik di sini dan banyak guru di sini mengajarnya hanya datang tetapi terkadang tidak masuk kelas malah asyik bercerita dengan guru lain sehingga materi yang seharusnya anak terima jadi tersendat. SMK Kesehatan Cartintes itulah nama sekolah tempat saya mengabdi, terletak di Desa Asuulun (artinya kepala anjing) dan di sini banyak warga pendatang dari negara Timor Leste yang berpindah kewarganegaraan Indonesia, pada tahun sembilan puluhan lalu ketika terjadi pergolakan di Timor Leste, sehingga keanekaragaman dan keunikan banyak di sini yaitu tentang bahasa daerah tetun, di mana banyak pemenggalan akhiran kata contohnya “saya pergi, jadi sapi” dan lain sebagainya. Seminggu pertama telah terlewati, awalnya saya hanya fokus mendidik di sekolah tempat saya mengabdi yaitu SMK Kesehatan, tetapi lama kelamaan saya semakin banyak menemukan anak-anak yang membutuhkan saya yaitu anak-anak SD yang ada di lingkungan tempat saya tinggal, awalnya hanya satu anak yang selalu mendekatkankan diri kepada saya yaitu anak yang bernama Iron dia duduk di kelas 2 SD Asuulun, anaknya memiliki kemauan yang tinggi untuk belajar, setiap saya pulang dari sekolah pukul 17.00 dia sudah menunggu di depan rumah dan minta belajar kepada saya, wah saya sungguh senang mendapatkan teman sekaligus siswa seperti dia, memang anaknya kotor, jarang mandi, dan bau, tetapi itu semua tertepis karena semangat belajar yang tinggi dari dia, hari demi hari dia membawa teman dari satu hingga sepuluh orang dengan jarak tempuh dari rumah mereka ke tempatku ada yang 1 hingga 7 km, tetapi bagi mereka jarak tidaklah menjadi penghalang. Wah sungguh luar biasa anak-anak ini, dan terkadang mereka menginap di tempat saya tinggal sehingga paginya kami sama-sama ke sekolah karena sekolah SD Asuulun berdekatan dengan tempat saya tinggal, dan mereka sangat bangga menceritakan saya kepada teman-teman dan Guru mereka dan bahkan mereka terkadang mengatakan kepada gurunya lebih enak belajar dengan Bapak Guru Rudi. Saya hanya senyum saja. Kembali ke anak didik saya yang bernama Iron, Orang tua Iron memiliki pekerjaan petani, ayah dan ibunya jarang sekali memperhatikan dia, karena kelelahan pulang dari kebun. Perlu diketahui lahan pertanian di sini sangatlah ekstrim, karena tanahnya sangat keras, dan perlu usaha yang sangat extra untuk membajaknya karena hujan di sini datangnya jarang sekali dan kalaupun hujan datang kita tidak bisa melakukan aktifitas karena hujan tersebut selalu datang berkesinambungan. Dan yang membuat saya prihatin adalah masyarakat di sini tidak suka makan sayur ataupun ikan, yang mereka suka hanya nasi putih dicampur garam, dan soal kebersihan disini itu nomor 2 yang penting kenyang dan bisa menambah tenaga mereka, jadi saya memberikan saran kepada orang tua iron khususnya dan kepada masyarakat pada umumnya bahwa ikan dan sayur penting apalagi untuk pembentukan otak anak, karena ikan dan sayur itu banyak mengandung vitamin sedangkan nasi hanya mengandung karbohidrat, jadi jika anak-anak ingin pintar tolong diberi makanan sayuran dan ikan jangan hanya nasi putih saja dan kebersihan itu juga harus diperhatikan baik dari segi memasak harus matang betul jangan asal dimasak. Dan mereka bilang bahwa oooo iya bapak guru mulai besok kami akan masak sayur dan ikan buat mereka, “nah itu baru benar” jawabku
Pagi ini matahari terbit cukup cepat yang biasanya saya di Riau bangun pukul 7 dan masih kelihatan gelap tetapi di sini pukul 5 saja matahari sudah memunculkan wajahnya, sungguh suatu fenomena yang wah. Pagi ini air di bak penampungan sudah habis dan saya harus bergegas mandi di sungai, hal ini sungguh membuat saya terkejut karena sungai inilah yang menjadi sumber air minum kami, tempat kami mencuci, dan juga sebagai sumber air untuk menyirami segala tanaman yang yang ditanam oleh warga, dan air sungai ini memiliki kadar kapur yang yah lumayanlah, dan yang membuat saya berpikir kembali kemana pemerintah kesehatan kok solusi untuk menjadikan air ini untuk terbebas dari kapur sepertinya tidak ada. Saya berinisiatif membuat yang namanya perubahan di bidang air minum oleh karena itulah saya buat yang namanya saringan sederhana di mana saringan tersebut bisa mengurangi yang namanya kadar air kapur pada air minum tersebut dan itu saya buat mulai dari rumah warga tempat saya sekarang tinggal dan setelah itu diikuti oleh beberapa warga di sekitar rumah saya tinggal saat ini.
Selain solusi terhadap mutu air, pendidikan di sini juga masih banyak membutuhkan bantuan dan uluran tangan dari yang punya wewenang karena di sini banyak sekali sekolah yang belum memiliki buku dan banyak siswa yang hanya memiliki satu buku tulis untuk semua mata pelajaran. Ketika saya tanya ke mana buku, alasannya ialah uang tidak ada untuk membelinya, Kembali lagi ke pendidikan di SMK Kesehatan Cartintes, dua bulan berjalan saya terkenal di sini sebagai guru yang tegas dan juga sekaligus guru yang baik karena menurut anak-anak yang memiliki tingkat kebandelan dan tingkat kemalasan yang tinggi yah jika ditanya tentang saya pasti jawabannya sangat tegas, tetapi jika ditanya kepada siswa yang memiliki tingkat keinginan belajar yang tinggi dan ingin memiliki disiplin yang baik walaupun kurang pandai pasti jawabannya baik dan menyenangkan, karena saya punya cara yang berbeda dalam mendidik mereka dengan tujuan yang sama yaitu bagaimana membuat mereka disiplin, rajin, dan tidak bolos dari sekolah, karena tingkat kebolosan anak sekolah di sini awalnya tinggi, tetapi setelah kedatangan saya dan Ibu Maria (SM-3T UNDIKSA), itu sudah mulai berkurang. Semua organisasi kesiswaan di sekolah ini pada awalnya belum ada, oleh karena itu saya dan Ibu Maria bekerja sama membangun yang namanya OSIS, dan juga wadah lain yang bisa membuat siswa tersebut lebih giat dan memiliki aktifitas yang bisa menambahkan wawasan dan pola pikir mereka. Yang menjadi pengurusnya ialah siswa-siswi yang tinggi tingkat kenakalannya digabung dengan siswa yang memiliki kemauan yang tinggi. Tujuan awalnya agar mereka merasa lebih dihargai dan ternyata mereka mampu menjalankannya.
Program awal yang mereka jalankan ialah mengadakan seminar tentang penyakit aids dan diikuti dengan program peringatan hari guru, serta pengadaan mading sekolah dengan tujuan agar siswa-siswi yang memiliki ide-ide kreatif baik dari segi penulisan maupun dari segi dokumentasi bisa disalurkan pada mading tesebut sehingga bisa jadi inspirasi bagi siswa lain agar lebih kreatif dan lebih inovatif.
Program Guru SM-3T di sekolah tergolong dalam kategori sukses karena setelah kedatangan kami di sini, banyak perubahan yang terjadi baik dari segi disiplin waktu dan segi kehadiran guru, tetapi ketika kami ingin membuat kegiatan yang bisa membantu kehidupan masyarakat umum itulah yang menjadi kegagalan kami karena banyak faktor yang menjadi penghalangnya.
Kehidupan saya dan teman teman SM-3T di sini sangat jauh berbeda dengan kehidupan kami sebelumnya, tetapi saya salut dengan teman-teman karena tidak ada satupun dari teman-teman yang mengeluh dan selalu tetap semangat dalam mencerdaskan anak bangsa. Walaupun banyak rintangan dan tantangan yang harus dilalui, tetapi semuanya dengan sabar dan tabah menjalankan apa yang menjadi tugas yang telah diterimanya, karena kami datang bukan untuk uang melainkan untuk bangsa.
Ditulis oleh Peserta SM-3T Rudi Hertoni Petrus Silaban, LPTK Universitas Riau Penempatan Kab. Belu, NTT
Olah Penulisan oleh Admin